Wajib belajar sembilan tahun sudah lama digembar-gemborkan oleh pemerintah. Sebagai tindak lanjutnya, pemerintah pun kemudian memberikan kesempatan kepada semua warga negara ini untuk menyekolahkan anak-anaknya secara gratis untuk masa wajib belajar sembilan tahun. Untuk membantu kegiatan belajar-mengajar ini pun dilengkapi pula oleh perkakas yang bernama BOS agar jalannya pengajaran bisa berjalan lancar.
BOS sebagi kependekan dari Bantuan Operasional Sekolah, bertanggung jawab membantu murid-murid sekolah dalam masalah pendanaan. Dia antaranya biaya iuran bulanan, biaya pembelian buku paket, ekstrakulikuler, dan lain-lain. Sehingga murid pun tidak perlu mengeluarkan uang tetek bengek untuk biaya ini dan itu, alias gratis.
Lantas, apakah betul kemudian sekolah itu benar-benar gratis? Jawabanya bisa mungkin “ya” bisa juga mungkin “tidak”. Mungkin saja sekolah gratis memang ada. Kita percaya bahwa itu pasti ada. Tapi mungkin lokasinya di mana. Mungkin di polosok desa. Mungkin sekolah yang kondisi bangunannya yang sudah hampir roboh. Dan patut dipertanyakan pula bagaimana kualitas pendidikannya, apakah benar-benar memadai sesuai dengan tuntutan zaman saat ini yang sudah semakin canggih.
Kemudian coba kita tanyakan pula, seperti apakah yang namanya sekolah gratis itu? Apakah benar-benar tidak perlu mengeluarkan uang sepeser pun? Bolehlah kita kecualikan biaya untuk membeli pakaian seragam, perlengkapan alat tulis, atau ongkos transportasi. Namun perlu kita tanyakan, bagaimana bila sudah duduk di bangku sekolah ternyata ada embel-embel biaya untuk membeli ini dan itu. Termasuk buku-buku paket dan latihan. Apakah itu juga termasuk pengecualian?
Untuk mengadakan program “sekolah gratis” tentunya pemerintah sudah mempersiapkan segalanya secara matang. Sarana berupa buku paket tentunya sudah dipersiapkan. Untuk memberikan latihan-latihan atau tugas dari buku paket pun sudah terpenuhi juga. Jadi, rasanya tidak perlu lagi ada embel-embel yang lebih dari itu kalau memang sekolah itu benar-benar gratis. Mungkin itu saja sudah cukup.
Tetapi sayangnya, dalam perjalanannya sekolah gratis itu tidakah sesuai dengan harapan masyarakat kita yang mendambakan sekolah murah berkualitas. Ada saja hambatan-hambatan dari para pelaku pendidikan yang memanfaatkan momen-momen tertentu untuk meraup keuntungan dari bisnis perbukuan. Tak perduli apakah buku itu semuanya diperlukan atau tidak, yang penting mereka bisa menyalurkan buku-buku dari perusahaan/penerbit kepada para murid.
Sungguh menyedihkan sekali, meski ada program sekolah gratis, ternyata masih banyak orang tua murid yang mengeluh menghadapi biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli buku-buku teks saat mau memasuki semester ganjil ataupun semester genap. Lantas ke mana buku paket yang diberikan oleh pemerintah kepada sekolah-sekolah? Mungkin malah bertumpuk di lemari-lemari gudang perpustakaan. Kalau memang ada yang terjadi seperti demikian, patut dipertanyakan, mengapa hal itu bisa terjadi?
Kita semua tentunya memahami, bahwa kemajuan suatu bangsa itu dibentuk oleh sumber daya manusianya yang berkualitas. Kualitas manusia itu sendiri dibentuk oleh pendidikan yang tinggi. Lantas bagaiamana bila usaha untuk mendapatkan pendidikan yang tinggi itu tidak semudah yang diharapkan. Tentunya hanyalah sekedar angan-angan belaka.
Sepatutnya kita semua menyadari dan berharap besar kepada generasi yang akan datang. Maju- mundurnya, bangkit-jatuhnya, kokoh-ambruknya negeri ini berada di tangan mereka. Bila mereka memiliki pendidikan yang tinggi, cara berpikirnya pun pasti akan lebih maju. Perubahan zaman secara global bisa dihadapi dan dijalani dengan lapang dada.
Tetapi sebaliknya, jika kualitas pendidikan mereka rendah, pastinya juga akan menjadi beban yang berat bagi negeri ini. Coba bayangkan, bagaimana mereka bisa bertarung dengan perkembangan zaman bila mereka tidak memiliki ilmu dan kesiapan mental. Pengangguran, kemiskinan, kebodohan, kejahatan, sudah barang tentu akan menjadi momok bagi bangsa ini.
Sungguh cukup menyedihkan, saat awal-awal pemerintah menggulirkan program sekolah gratis, pihak sekolah yang biasanya menerima calon siswa/murid dengan biaya masuk yang terbilang tinggi, meresponnya dengan setengah hati. Seolah-olah sekolah gratis itu hanyalah program omong kosong belaka. Mana mungkin sekolah bisa maju tanpa dukungan dana yang besar? Sungguh-sungguh tanggapan yang tidak ko-operatif.
Kemajuan pendidikan bangsa ini seyogyanya tidak hanya didambakan oleh segelintir orang saja, melainkan keseluruhan warga negeri ini. Bila memang sudah menjadi keinginan besar semua masyarkat, maka tentunya seluruh unsur bangsa ini akan bahu-membahu untuk mewujudkannya. Pemerintah memberikan sarana dan prasarana, guru mempersembahkan seluruh ilmunya tanpa pamrih, para murid belajar tekun dan sungguh-sungguh, dan orang tua tidak ketar-ketir ketakutan ada tuntutan biaya macam-macam. Maka, dengan demikian pendidikan di negeri ini pun dijamin benar-benar akan mengalami kemajuan yang sangat pesat.
Yuk, kita bersama-sama memajukan pendidikan di negeri tercinta ini!
2 comments:
edc titanium-art - The Silicon Art Institute
Technology titanium granite · Designers everquest: titanium edition · The titanium paint color Silicon Art titanium teeth k9 Institute. Design · Entertainment · Designers oakley titanium glasses
g674u9ymjto398 vibrators,Discreet Vibrators,realistic dildos,adult sex toys,vibrators,penis rings,dog dildo,dog dildo,sex toys j375q0hbtlw814
Post a Comment